Tentang usaha perikanan di Kediri
Siapa yang tak tergiur oleh hasil panen ikan lele yang mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah dalam waktu kurang dari 75 hari. Jika kita berfikir, mana ada usaha yang mampu menghasilkan uang segitu banyak dalam waktu yang sesingkat itu dan isyaAllah juga halal bahkan halallan toyibah. Karena bukan judi ataupun merampok/mencuri.
Beberapa tahun terakhir banyak sekali bermunculan wilayah wilayah baru petani ikan lele baik di pulau jawa sendiri atupun diluar jawa, baik mulai dari pemijahan hingga ke pembesaran dan pembuatan konsumsi, dan kampung kampung perikanan terbentuk mulai dari petani otodidak/ belajar sendiri hingga kampung kampung binaan dinas perikanan setempat. Terlebih lagi kampung binaan dinas telah mampu
mengibarkan nama kampung lele karena tertib beradministrasi. Berbeda dengan perikanan wilayah Kediri dimana petani ikan belajar dengan sendirinya atau pandai dari didikan alam dan pengalaman didunia perikanan selama bertahun tahun, bahkan mungkin perikanan lele bisa dibilang diwilayah Kediri menjadi kampung perikanan yang paling tua disaentro jagat, banyak yang jatuh bangun hingga tak beternak lagi dan banyak juga yang hidup berlimpah harta hasil panen ikan. Jika kita bermain ke desa desa diwilyah Kediri umumnya dan daerah desa tunglur dan sekitarnya kita akan melihat hampir diseluruh rumah memiliki kolam beton untuk pemijahan lele. Tapi belakan ini banyak yg membuat kolam terpal karena harga pembuatannya lebih murah. Hal ini membuat petani ikan diwilayah Kediri enggan beradministrasi karena mereka merasa sudah cukup dengan hasil panen ikan tanpa campur tangan pihak dinas terkait. Namun justru hal ini membuat Kediri sebagai kampung lele tak begitu terdengar secara dari gaung pemerintah karena hampir tak ada catatan administrasi dari petani ikan, kalaupun ada hanya dari petani baru kelompok binaan dinas terkait.
Petani ikan tradisional justru
memiliki banyak kiat berbeda dengan cara budidaya yang diajarkan oleh dinas dinas terkait, dimana pada pemikiran mengenai jumlah tebar yg banyak pada lahan sempit hingga keluar dari standar aman pemijahan dan budidaya. Add to Cart
Beberapa tahun terakhir banyak sekali bermunculan wilayah wilayah baru petani ikan lele baik di pulau jawa sendiri atupun diluar jawa, baik mulai dari pemijahan hingga ke pembesaran dan pembuatan konsumsi, dan kampung kampung perikanan terbentuk mulai dari petani otodidak/ belajar sendiri hingga kampung kampung binaan dinas perikanan setempat. Terlebih lagi kampung binaan dinas telah mampu
mengibarkan nama kampung lele karena tertib beradministrasi. Berbeda dengan perikanan wilayah Kediri dimana petani ikan belajar dengan sendirinya atau pandai dari didikan alam dan pengalaman didunia perikanan selama bertahun tahun, bahkan mungkin perikanan lele bisa dibilang diwilayah Kediri menjadi kampung perikanan yang paling tua disaentro jagat, banyak yang jatuh bangun hingga tak beternak lagi dan banyak juga yang hidup berlimpah harta hasil panen ikan. Jika kita bermain ke desa desa diwilyah Kediri umumnya dan daerah desa tunglur dan sekitarnya kita akan melihat hampir diseluruh rumah memiliki kolam beton untuk pemijahan lele. Tapi belakan ini banyak yg membuat kolam terpal karena harga pembuatannya lebih murah. Hal ini membuat petani ikan diwilayah Kediri enggan beradministrasi karena mereka merasa sudah cukup dengan hasil panen ikan tanpa campur tangan pihak dinas terkait. Namun justru hal ini membuat Kediri sebagai kampung lele tak begitu terdengar secara dari gaung pemerintah karena hampir tak ada catatan administrasi dari petani ikan, kalaupun ada hanya dari petani baru kelompok binaan dinas terkait.
Petani ikan tradisional justru
memiliki banyak kiat berbeda dengan cara budidaya yang diajarkan oleh dinas dinas terkait, dimana pada pemikiran mengenai jumlah tebar yg banyak pada lahan sempit hingga keluar dari standar aman pemijahan dan budidaya. Add to Cart
0 komentar:
Posting Komentar